Setting pada novel ini adalah pemerintahan Jayanegara yang dikudeta oleh Ra Kuti. Ra Kuti adalah sebutan/singkatan dari Rakrian Kuti, sebuah anugerah dari Prabu Jayanegara menjadikan namanya menjadi Rakrian Dharma Putra Winehsuka.
Dikisahkan pada jaman ini Gajah Mada masih seorang bekel, sebuah pangkat ketentaraan di bawah senopati. Dengan pangkat tersebut Gajahmada menduduki jabatan pimpinan bayangkara, sebuah pasukan khusus yang melindungi istana, raja dan keluarganya.
Seluk beluk kelicikan Ra Kuti di novel ini mengingatkan saya akan tokoh Ramapati dan kelicikan Rawedeng dalam memberontak, bermuka dua beserta segala kelicikannya. Dengan menghasut beberapa temenggung dan beberapa panglima kesatrian Ra Kuti menggulingkan Jayanegara, namun atas kecerdikan Gajah Mada dan bantuan Patih Arya Tadah sang raja dan keluarganya berhasil diselamatkan oleh Gajah Mada dan bayangkaranya, dan terpaksa diungsikan dari istana, istana Bale Manguntur di Mojokerto.
Isi novel kemudian mengisahkan kepiawaian Gajah Mada dalam memimpin bayangkaranya, meloloskan dan mengungsikan Prabu Jayanegara, mendeskripsikan hancurnya tatanan pemerintahan dan masyarakat, mengisahkan dendam kebencian Ra Kuti kepada Gajah Mada dan Jayanegera, serta intrik bayangkara disusupi pengkhianatan yang cukup merepotkan Gajah Mada.
Penulis dengan lancar menceritakan alur kejadian, penuh dengan kosakata kemiliteran pada waktu itu, seperti deskripsi istana, struktur kemiliteran, persenjataan dan taktik perang seperti brubuh, cakrabyuha, diradameta, supit urang dan banyak lagi. Buku ini disarankan untuk dibaca oleh Brigjen (purnawirawan) H. M. Lintang Waluyo atas faktor-faktor sistem kemiliteran yang diangkat oleh sang penulis.
Bagaimana akhir cerita novel ini? Berhasilkah Gajah Mada dan bayangkaranya mengembalikan kekuasaan Majapahit kepada Jayanegara? Sebuah novel fiksi sejarah yang tak kalah menarik dari Arok Dedes dan Arus Balik-nya Pramoedya Ananta Toer.
Dikisahkan pada jaman ini Gajah Mada masih seorang bekel, sebuah pangkat ketentaraan di bawah senopati. Dengan pangkat tersebut Gajahmada menduduki jabatan pimpinan bayangkara, sebuah pasukan khusus yang melindungi istana, raja dan keluarganya.
Seluk beluk kelicikan Ra Kuti di novel ini mengingatkan saya akan tokoh Ramapati dan kelicikan Rawedeng dalam memberontak, bermuka dua beserta segala kelicikannya. Dengan menghasut beberapa temenggung dan beberapa panglima kesatrian Ra Kuti menggulingkan Jayanegara, namun atas kecerdikan Gajah Mada dan bantuan Patih Arya Tadah sang raja dan keluarganya berhasil diselamatkan oleh Gajah Mada dan bayangkaranya, dan terpaksa diungsikan dari istana, istana Bale Manguntur di Mojokerto.
Isi novel kemudian mengisahkan kepiawaian Gajah Mada dalam memimpin bayangkaranya, meloloskan dan mengungsikan Prabu Jayanegara, mendeskripsikan hancurnya tatanan pemerintahan dan masyarakat, mengisahkan dendam kebencian Ra Kuti kepada Gajah Mada dan Jayanegera, serta intrik bayangkara disusupi pengkhianatan yang cukup merepotkan Gajah Mada.
Penulis dengan lancar menceritakan alur kejadian, penuh dengan kosakata kemiliteran pada waktu itu, seperti deskripsi istana, struktur kemiliteran, persenjataan dan taktik perang seperti brubuh, cakrabyuha, diradameta, supit urang dan banyak lagi. Buku ini disarankan untuk dibaca oleh Brigjen (purnawirawan) H. M. Lintang Waluyo atas faktor-faktor sistem kemiliteran yang diangkat oleh sang penulis.
Bagaimana akhir cerita novel ini? Berhasilkah Gajah Mada dan bayangkaranya mengembalikan kekuasaan Majapahit kepada Jayanegara? Sebuah novel fiksi sejarah yang tak kalah menarik dari Arok Dedes dan Arus Balik-nya Pramoedya Ananta Toer.
Setelah Jayanegara mati, hanya ada dua calon yang salah satunya pasti diangkat menjadi prabu putri. Mereka adalah Sri Gitaraja dan Dyah Wiyat. Masalahnya, para Sekar Kedaton itu memiliki calon suami yang juga memiliki pendukung. Raden Cakradara, calon suami Sri Gitarja dan Raden Kudamerta, calon suami Dyah Wiyat. Siapa saja mereka dan bagaimana intrik di antara kemelut takhta angkara yang harus ditelusuri Gajah Mada?
Download : Gajah Mada Bergelut dalam Kemelut Tahta dan Angkara
Gajah Mada Hamukti Palapa
Sejarah kebesaran Majapahit pada dasarnya identik dengan sepak terjang Mahapatih Gajah Mada, yang ia mulai dari sejak dikumandangkannya Sumpah Hamukti Palapa. Dari sumpah yang ketika dikumandangkan dilecehkan oleh beberapa pejabat Majapahit, Gajah Mada bekerja keras membangun kekuatan prajurit, terutama armada angkatan laut. Negara Majapahit pun kemudian berubah menjadi negara yang besar dan berwibawa.
Dyah Pitaloka Citraresmi tersudut karena tidak mampu mengelak dari pinangan yang diajukan Raja Hayam Wuruk. Dyah Pitaloka mau menerima pinangan Prabu Hayam Wuruk dengan catatan bahawa dirinyalah nanti yang akan diangkat menjadi raja menggantikan ayahandanya. Syarat itu ternyata dipenuhi. Namun, Dyah Pitaloka yang telah terlanjur jatuh cinta kepada Saniscara mendapati sosok itu ternyata hanyalah seorang laki-laki pengecut yang tidak mau bertindak dan hanya kebingungan saat Sekar Kedaton Sunda Guluh itu mempersembahkan jiwa dan raganya.
Sepeninggal Gajah Mada, Majapahit dilanda berbagai persoalan . Tanpa Gajah Mada Negara-negara yang dinaungi oleh payung kerajaan Majapahit itu tak lagi takut memeperjuangkan kemerdekaan. Sehingga intrik antara kekuasaan dan politik sepeninggal Gajah Mada merubah haluan kerajaan yang selama ini tak terbendung laju oleh sang waktu. Gajah Mada mungkin bisa merubah semua ini…..atau berhenti karena kodratinya. Buku ini coba menggali kembali puncak kejayaan yang pernah ada, dari tiada menjadi ada, lalu kembali menjadi tiada. Begitulah yang bakal terus terjadi. Gajah Mada dengan segala romantika dan figurnya merefleksikan betapa tidak ada manusia yang sempurna, walau seorang Gajah Mada sekalipun. Kehidupan tidak berhenti pada suatu titik tetapi berputar dibawah kendali dan kerendahan hati.
Gajah Mada Perang Paregrek 1
"Aku seorang raja." kata Hayam Wuruk datar dan tenang, "mestinya semua oang tahu sebagai Raja aku memiliki kekuasaan yang sangat besar. Aku bisa menjatuhkan hukuman mati pada siapapun yang menurut anggapanku melakukan kesalahan besar. Breh Wirabumi itu bukan Minak Jinggo, aku tidak pernah memberinya nama Minak Jinggo. Akan tetapi di luar sana ada orang yang berani-beraninya memberi nama olok-olok Minak Jinggo. Penyebutan Breh Wirabumi dengan nama olok-olok itu sangat menyinggung perasaanku dan sungguh memancing keinginanku menjatuhinya dengan hukuman mati."
Perang Paregrek, sebuah perang keluarga dengan latar belakang konflik yang tidak terduga. menyambung sukses pentalogi Gajah Mada. El-Kaha (Langit Kresna hariadi) kembali mengajak anda berimajinasi ke wilayah abad 13 dan 14.
Gajah Mada Perang Paregrek 1
"Aku seorang raja." kata Hayam Wuruk datar dan tenang, "mestinya semua oang tahu sebagai Raja aku memiliki kekuasaan yang sangat besar. Aku bisa menjatuhkan hukuman mati pada siapapun yang menurut anggapanku melakukan kesalahan besar. Breh Wirabumi itu bukan Minak Jinggo, aku tidak pernah memberinya nama Minak Jinggo. Akan tetapi di luar sana ada orang yang berani-beraninya memberi nama olok-olok Minak Jinggo. Penyebutan Breh Wirabumi dengan nama olok-olok itu sangat menyinggung perasaanku dan sungguh memancing keinginanku menjatuhinya dengan hukuman mati."
Perang Paregrek, sebuah perang keluarga dengan latar belakang konflik yang tidak terduga. menyambung sukses pentalogi Gajah Mada. El-Kaha (Langit Kresna hariadi) kembali mengajak anda berimajinasi ke wilayah abad 13 dan 14.
NB : Gajah Mada 4 s/d 6 belum ada versi ebooknya
Artikel yang sama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar