Paling tidak masih ada sebersit ingatan di setiap orang Indonesia yang rajin mengikuti berita tentang kejadian di awal tahun 2005 itu. Tentang dua orang wartawan Indonesia yang disandera oleh kelompok mujahidin di Irak. Kru dari Metro TV, Meutya Hafid dan Budiyono, secara mengejutkan muncul di saluran berita international sedang berada di bawah todongan senapan kelompok mujahidin Irak. Peristiwa yang sempat membuat seluruh warga Indonesia tertegun mengingat Indonesia sama sekali tidak terlibat dalam konflik di Irak.
Meutya Hafid telah menyempatkan diri untuk menuliskan pengalaman pahitnya itu dalam sebuah buku berjudul "168 Jam dalam Sandera", yang diterbitkan oleh Hikmah, September 2007, 280 halaman.
Meutya Hafid telah menyempatkan diri untuk menuliskan pengalaman pahitnya itu dalam sebuah buku berjudul "168 Jam dalam Sandera", yang diterbitkan oleh Hikmah, September 2007, 280 halaman.
Mengawali kisahnya Meutya tanpa basa basi langsung menyeret pembaca pada momen saat tentara Mujahidin mencegat mobil yang ditumpanginya di sebuah pompa bensin di daerah Ramadi, Irak. Meutya sebagai seorang jurnalis tampaknya tahu betul bagaimana menghanyutkan dan memancing emosi pembaca, dengan langsung berada di puncak peristiwa sedari awal.
Bersama Budiyono dan Ibrahim, sopir mereka yang berasal dari Yordania, mereka bertiga dibawa oleh ketiga penculik dalam keadaan mata tertutup ke sebuah gua perlindungan di tengah gurun tak bertepi. Meutya tak pernah membayangkan bahwa setelah beberapa kali menjadi orang yang memberitakan peristiwa penyanderaan, kini akhirnya dia sendiri yang menjadi sandera.
Namun beruntunglah Meutya, karena para penyandera memperlakukannya dengan baik dan terhormat. Nyaris tidak ada kekerasan fisik. Makanan dan minuman selalu tersedia meskipun sederhana. Satu dua hari dalam penyanderaan, Meutya telah bisa mengobrol tanpa ketegangan dengan para penyanderanya. Hanya satu hal yang direnggut dari mereka, kebebasan dan harapan.
Yang paling mengesalkan bagi Meutya bukanlah pada saat disandera, tetapi pada saat tinggal selangkah lagi keluar dari Irak. Di perbatasan Irak dan Yordania, Meutya dan Budiyono tertahan seharian karena pihak Irak tidak mengizinkan siapapun melewati perbatasan selama hari Asy-syura. Lobby diplomatik antar negara tak juga mampu meluluhkan birokrasi Irak. Padahal para penjemput dari Indonesia telah berada di seberang perbatasan, termasuk di antaranya Dirut Metro TV Surya Paloh sendiri.
Bersama Budiyono dan Ibrahim, sopir mereka yang berasal dari Yordania, mereka bertiga dibawa oleh ketiga penculik dalam keadaan mata tertutup ke sebuah gua perlindungan di tengah gurun tak bertepi. Meutya tak pernah membayangkan bahwa setelah beberapa kali menjadi orang yang memberitakan peristiwa penyanderaan, kini akhirnya dia sendiri yang menjadi sandera.
Namun beruntunglah Meutya, karena para penyandera memperlakukannya dengan baik dan terhormat. Nyaris tidak ada kekerasan fisik. Makanan dan minuman selalu tersedia meskipun sederhana. Satu dua hari dalam penyanderaan, Meutya telah bisa mengobrol tanpa ketegangan dengan para penyanderanya. Hanya satu hal yang direnggut dari mereka, kebebasan dan harapan.
Yang paling mengesalkan bagi Meutya bukanlah pada saat disandera, tetapi pada saat tinggal selangkah lagi keluar dari Irak. Di perbatasan Irak dan Yordania, Meutya dan Budiyono tertahan seharian karena pihak Irak tidak mengizinkan siapapun melewati perbatasan selama hari Asy-syura. Lobby diplomatik antar negara tak juga mampu meluluhkan birokrasi Irak. Padahal para penjemput dari Indonesia telah berada di seberang perbatasan, termasuk di antaranya Dirut Metro TV Surya Paloh sendiri.
Download : 168 Jam Dalam Sandera
Dua kali Hee Ah Lee datang ke Indonesia. Yang pertama, tahun lalu, demi kepentingan konser tunggalnya di Jakarta, sedangkan yang berikutnya adalah untuk promosi buku memoar–ah..lebih tepat sebetulnya sketsa kehidupan–nya yang ditulis oleh cerpenis kita, Kurnia Effendi.
Kehidupan Hee Ah Lee memang sangat menarik untuk ditulis dan kemudian dibaca oleh banyak orang. Bagaimana tidak? Gadis kelahiran 22 tahun silam ini laksana sebuah keajaiban yang diturunkan Tuhan ke dunia. Gadis mungil yang terlahir cacat ini sukses menjadi seorang pianis handal hanya dengan menggunakan 4 biji jemarinya.
Ya, Hee Ah Lee dilahirkan dalam kondisi fisik yang tak sempurna : jari-jari tangannya masing-masing hanya ada dua serupa capit pada hewan kepiting. Oleh karena itu, kelainan yang disandangnya ini populer dengan istilah lobster claw syndrome (sindrom capit lobster (ectrodactyly), yakni kelainan bentuk yang langka dari tangan atau kaki, saat bagian tengahnya tidak ada, dan terdapat celah di tempat metakarpal jari seharusnya berada. Belahan ini menyebabkan tangan/kaki memiliki penampilan seperti capit pada kepiting/lobster/udang galah (hlm 23)
Kondisi seperti ini diwarisi sejak lahir, pada taraf tertentu dapat disembuhkan melalui metode bedah. Pernah tercatat bedah sukses yang dilakukan oleh Dr. Joseph Upton terhadap pasien Samantha dan Stephanie Wojciechowics. Bedah mikro itu dilakukan ketika kedua bersaudara ini berumur 2 tahun. Upton berhasil membuat sebuah ibu jari mungil untuk tangan mereka, diambil dari ibu jari kaki. Kasus Hee Ah Lee termasuk langka: 1 berbanding 10.000 kelahiran.
Kehidupan Hee Ah Lee memang sangat menarik untuk ditulis dan kemudian dibaca oleh banyak orang. Bagaimana tidak? Gadis kelahiran 22 tahun silam ini laksana sebuah keajaiban yang diturunkan Tuhan ke dunia. Gadis mungil yang terlahir cacat ini sukses menjadi seorang pianis handal hanya dengan menggunakan 4 biji jemarinya.
Ya, Hee Ah Lee dilahirkan dalam kondisi fisik yang tak sempurna : jari-jari tangannya masing-masing hanya ada dua serupa capit pada hewan kepiting. Oleh karena itu, kelainan yang disandangnya ini populer dengan istilah lobster claw syndrome (sindrom capit lobster (ectrodactyly), yakni kelainan bentuk yang langka dari tangan atau kaki, saat bagian tengahnya tidak ada, dan terdapat celah di tempat metakarpal jari seharusnya berada. Belahan ini menyebabkan tangan/kaki memiliki penampilan seperti capit pada kepiting/lobster/udang galah (hlm 23)
Kondisi seperti ini diwarisi sejak lahir, pada taraf tertentu dapat disembuhkan melalui metode bedah. Pernah tercatat bedah sukses yang dilakukan oleh Dr. Joseph Upton terhadap pasien Samantha dan Stephanie Wojciechowics. Bedah mikro itu dilakukan ketika kedua bersaudara ini berumur 2 tahun. Upton berhasil membuat sebuah ibu jari mungil untuk tangan mereka, diambil dari ibu jari kaki. Kasus Hee Ah Lee termasuk langka: 1 berbanding 10.000 kelahiran.
Kisah Email Empat Gadis Saudi Arabia yang Menghebohkan...
Versi asli buku ini diluncurkan dalam bahasa Arab pada 2005, dan secepatnya dilarang beredar di Saudi Arabia karena isinya yang menghebohkan.
Versi asli buku ini diluncurkan dalam bahasa Arab pada 2005, dan secepatnya dilarang beredar di Saudi Arabia karena isinya yang menghebohkan.
Keberanian buku ini berlanjut bak nyala api di seantero pasar gelap Saudi dan menggemparkan hingga ke belahan Timur-Tengah lainnya. Hingga kini, hak terjemahan atas buku ini telah terjual ke lebih dari dua puluh lima negara.
Setiap minggu—setelah salat Jumat—seseorang tak dikenal mengirimkan email bersambung kepada para wanita yang melakukan chatting di sebuah grup online di Saudi Arabia. Terdapat lima puluh email dalam setahun. Isinya menghebohkan.
Kisah nyata kehidupan empat gadis Riyadh: Qamrah, Michelle, Shedim, dan Lumais. Terlalu banyak hal yang mengejutkan hingga Anda harus membaca isi buku ini untuk mengetahuinya...
Download : The Girls Of Riyadh
Kearifan Pelacur: Kisah Gelap di Balik Bisnis Seks dan Narkoba (The Wisdom of Whores) adalah sebuah buku mengenai hidup dan mati, seks dan narkoba, yang ditulis oleh seorang wartawati dan ahli epidemiologi asal Inggris yang pernah lama menetap di Jakarta. Dalam buku yang berani dan "berbahaya" ini tergambar kehidupan dalam dunia HIV/AIDS internasional yang berputar di sekeliling hotel-hotel dan pusat-pusat konvensi yang mewah, maupun di jalanan kumuh kota Jakarta dan kota-kota besar lainnya di dunia. Ditulis dengan renyah dan amat menarik, buku ini mengungkap seluk beluk permasalahan AIDS yang berkelindan di antara meja birokrasi, kamar-kamar rumah bordil, dan transaksi bisnis bernilai milyaran dolar. Buku ini juga berkisah tentang harapan dan kekecewaan. Sebuah buku mengejutkan dan kontroversial yang akan membuka mata dan hati Anda.
Download : Kearifan Pelacur
Secara garis besar, buku ini terbagi kedalam dua bagian yang tak terpisahkan. Bagian pertama menceritakan kehidupan petani cina yang sangat menderita oleh pemungutan pajak liar oleh perangkat desa. Pajak ini menyimpang jauh dari ketetapan elit partai maupun pemerintah pusat yang bertujuan untuk memberikan keringanan pajak khususnya bagi para petani yang merupakan mayoritas di cina.
Teror dan pembunuhan yang dilakukan perangkat desa disebabkan oleh telat bayar pajak sudah menjadi hal yang lumrah. Demi gaya hidup mewah, praktik ini terus dipelihara dan dipertahankan oleh pejabat mulai dari tingkat desa sampai dengan propinsi, bahkan tidak tertutup kemungkinan pada tingkat pusat di Beijing. Para pejabat ini seakan memintal diri mereka membentuk gurita kejahatan yang mengakar sampai ke inti bumi.
Di bagian kedua, Chen Guidi dan Wu Chuntao tidak menutup mata terhadap beberapa abdi negara ataupun loyalis partai yang membela petani meskipun mengorbankan karir atau keselamatan keluarga. Keringat dan airmata mereka menetes untuk petani. Dibagian ini dibeberkan juga kebijakan-kebijakan dari pemerintah pusat Cina yang bertujuan untuk meringankan beban petani dan keseriusan pemerintah pusat untuk menindak tegas penyelewengan pajak dengan hukum yang keras.
Sebuah negara bekas komunis yang diperkirakan akan menjadi raksasa ekonomi, dan berpotensi menjadi penyeimbang kekuatan dunia akan monopoli AS, ternyata selama ini melakukan maksiat besar di balik selimut merahnya (baca: undercover ). Chen dan Wu mengutip Mao Zedong yang menegaskan bahwa revolusi bukanlah makan malam. Akan tetapi pada kenyataannya mereka menemukan banyak kotoran menempal pada gigi pejabat cina mutakhir.
Buku ini juga memberi seberkas kecurigaan terhadap maksiat lain di negara lain yang belum terkuak jelas. Akan tetapi amisnya sudah lama menyebar di masyarakat.
Download : China Undercover
Tear Of Heaven From Bairut To Jerusalem - dr. Ang Swee Chai
Palestina tak henti-henti dirundung duka. Serangkaian pembantaian yang dilakukan tentara Israel terhadap warga Palestina tak cuma meninggalkan duka lara, melainkan juga mengundang keprihatinan. Karena tak sedikit wanita dan anak-anak menjadi korban –meninggal, terluka, dan mengalami trauma berkepanjangan. Kepedihan rakyat Palestina itulah, yang “mengundang” orang-orang yang memiliki empati dan hati nurani kemudian tergerak hati datang ke Palestina untuk menjadi relawan dan dr. Ang Swee Chai adalah salah satunya.
Tetapi, dr Ang Swee Chai tidak hanya datang sebagai seorang dokter yang memberikan sumbangsih pengabdian (merawat dan berkorban dengan segala cara), melainkan juga berani memberikan kesaksian tentang apa yang dia lihat atas kebengisan Israel. Padahal, latar belakang religius Ang sebenarnya memihak Israel tapi tuntutan profesi dokter bedah membuatnya tak bisa berpaling. Awalnya, ketika datang permintaan pengiriman dokter bedah ke Beirut, ia segera memutuskan berangkat. Ia keluar dari RS London, meninggalkan suami (Francis), lalu memutuskan mengabdikan hidup di kamp pengungsian Palestina. Anehnya, setelah di kamp itu ia justru sadar. Ia balik memihak Palestina dan kemudian memberi kesaksian.
Buku ini adalah kesaksian dr. Ang, dokter perempuan yang telah merawat para korban perang dan melihat dari dekat kekejaman Israel di negeri Lebanon. Bulan Agustus 1982 dr. Ang meninggalkan London berangkat bersama 100 tenaga medis dari berbagai negara yang disponsori PRCS (Palestina Red Crescent Society). Setiba di Beirut, ia “tersentak” menjumpai kehancuran: 20.000 keluarga kehilangan rumah, rumah sakit rusak dan ia terpaksa merawat korban di rumah sakit darurat (Lahut). Hari pertama tugas, dr. Ang harus merawat 50 pasien bahkan menjalani operasi tanpa penerangan.
Beberapa hari kemudian, ia bertugas di rumah sakit Gaza. Anehnya, justru di kamp pengungsian Palestina (di Sabra dan Sathila) itu, dr. Ang disadarkan dengan keadaan yang bertolak belakang dengan apa yang ia peroleh dari media Barat tentang orang Pelestina. Sebelum berangkat ke Beirut ia memihak Israel. Tapi keadaan yang ditemui di kamp pengungsian membuatnya harus memihak keadilan. “Melihat orang yang terluka di Lebanon membuatku pedih. Pertama, karena mereka telah disakiti Israel. Kedua, aku orang Kristen dan ketiga, karena aku seorang dokter” (hal. 35).
Dari situ, ia memutuskan memihak Palestina. Ia berjuang demi rakyat Palestina yang terbuang (dari tanah air mereka) sejak tahun 1948. Karena itu, nurani dr Ang tak ingin pembantaian itu berlanjut. Dengan lantang ia (Paul Morris dan Ellen) lalu memberi “kesaksian” untuk membela Palestina di Komisi Kahen, di Tel Aviv sebelum dia pulang ke London November 1982.
Meski kesaksian itu tak membuat Palestina terbebas dari kekejaman, tapi jiwanya untuk memihak Palestina tidak surut. Setelah pulang ke London (1984), ia mendirikan organisasi amal medis MAP -Medical Aid for Palestina/bantuan Medis untuk Rakyat Palestina. Di bawah panji MAP, dr. Ang menyumbang obat-obatan. Pada 1985 kamp pengungsi Palestina (Bourj el-Brajneh) diserang dan dikepung (orang-orang Amal, kelompok Muslim Lebanon), ia berangkat ke Lebanon. Kepergian kali ini tak hanya bertugas sebagai dokter, tapi juga negosiator dan sopir yang mengangkut bantuan obat untuk rakyat Palestina.
Enam kali dr Ang ke Lebanon saat perang berkecamuk, berjuang untuk Palestina. Ia mendapat penghargaan Star of Palestina (1987) dari Yasser Arafat. The Gardian Inggris menjuluki Malaikat dengan Sayap Terbelenggu atas usaha pembebasan Pelestina itu. Sebagai pengungsi –yang lahir di Penang Malaysia- yang kini tinggal di Inggris, Ang merasakan nasib orang Palestina yang tidak punya negara. Karena itu upaya pembebasan dan kesaksian yang diberikan itu tak sekadar dukungan, juga harapan. Dari situ, dr. Ang memberi “titel” buku ini; From Beirut to Jerusalem.
Buku ini -seperti ditulis The Guardian- adalah kesaksian tentang pembantaian yang menukik.
Download : Tear Of Heaven From Bairut To Jerusalem
Luka Cinta Andrea - Suzzane O'Malley
"Adakah yang terluka?"
"Ya."
"Siapa?"
"Anak-anak."
"Noah? Luke? Siapa?"
"Semuanya."
Ternyata benar, pada 21 Juni 2001 itu Andrea menuntaskan “keinginannya” membunuh lima anaknya dengan membenamkan mereka ke dalam bathtub. Kontan kasus ini menjadi perbincangan panas publik Amerika Serikat dan dunia.
Ketegaran hati Rusty Yates sebagai seorang suami runtuh seketika. Kesabaran dan perhatian yang dia berikan kepada istrinya-yang menderita depresi berat--benar-benar diuji. Andrea membunuh anak-anak karena merasa telah gagal menjadi ibu, dan ingin mengantarkan mereka pergi ke surga.
Sesungguhnya apa yang terjadi saat itu?
Adakah peran kelompok pemuja setan dalam hal ini? Siapakah pendeta Woroniecki yang dianggap Andrea sebagai “guru spiritualnya”?
Juga, betulkah terjadi maalpraktik kedokteran dalam penanganan depresi Andrea?
Simak pula intrik-intrik persidangan kasus yang menggegerkan ini. Bagaimana pula nasib Andrea akhirnya? Haruskah hidupnya berakhir di kursi eksekusi?
Download : Luka Cinta Andrea
Menyingkap Karen - Richard Baer
Untuk pertama kalinya, kisah yang menyingkap kehidupan seorang penderita kepribadian gandadiceritakan oleh psikiater yang merawatnya. Buku ini adalah kisah mengesankan tentang seorang wanita muda yang terjerumus dalam kegelapan tak terbayangkan. Untuk bertahan hidup, dia menciptakan tujuh belas versi lain dari dirinya.
Pada 1989, seorang wanita bernama Karen Overhill menemui psikiater Richard Baer dengan keluhan depresi, kerap kehilangan ingatan, dan memiliki kecenderungan bunuh diri. Setelah berbulan-bulan merawat Karen, Dokter Baer mendapat surat dari seorang gadis cilik bernama Claire yang ternyata adalah sosok lain dari diri Karen. Sejak itu, satu per satu dari ketujuh belas sosok lain Karen menampakkan diri kepada Dokter Baer. Perempuan, laki-laki, anak-anak?semua sosok itu berkumpul di dalam tubuh Karen, silih berganti muncul dengan karakter berlainan.
Apakah yang sesungguhnya terjadi pada Karen sehingga kepribadiannya terbelah? Kekerasan masa kecil seperti apakah yang menjadi akar penyakitnya? Melalui terapi selama delapan belas tahun, Dokter Baer berusaha menyingkap seluruh misteri yang menghantui Karen dan membebaskannya dari trauma masa lalu yang membelenggunya.
Download : Menyingkap Karen
Send big files the easy way with sendspace
Artikel yang sama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar